A2022
Data Mahasiswa Angkatan 2022
NoNama MahasiswaNIMSemesterUjian KualUjian Sem HasilUjian PropUjian TertutupUjian TerbukaKet
1FARIDA SETYANINGSIH22341610014sdh----Aktif
2DEWA GEDE WIDNYANA PUTRA22341610024sdh-sdh--Aktif
3MATHA RISWAN22341610034-----cuti
4I KETUT PASEK LANANG SADIA22341610044sdh-sdh--Aktif
5I WAYAN K SUGITA22341610054sdh-sdh--Aktif
6MADE SUDIARTA22341610064-----Aktif
7I GUSTI NGURAH AGUNG PANJI TRESNA22341610074-----Aktif
8I MADE HARTAKA22341610084sdh----Aktif
9I NYOMAN SUADNYANA22341610094sdh----Aktif
10I WAYAN INDRA IRAWAN22341610104sdh-sdh--Aktif
11SUKARTI22341610114-----Aktif
12I KETUT SANDIKA22341610124sdh----Aktif
13KETUT AGUS NOVA22341610134sdh----Aktif
14I WAYAN MERTAYASA22341610144-----Aktif
15ANAK AGUNG MADE SUDARSA22341610154sdh----Aktif
16I WAYAN GEDE SUWECA ANTARA22341610164-----Aktif
17I MADE WIRADIANA22341610174sdh-sdh--Aktif
18I NYOMAN GDE SUARDANA22341610184-----cuti
19I WAYAN SUGARA YASA22341610194sdh-sdh--Aktif

Data Mahasiswa

Selamat Datang di Website Tupasca
Ujian Seminar Hasil Wayan Darna angkat Sinergitas Pola Asuh Orang Tua dan Sekolah

DENPASAR,UHNSUGRIWA- Kembali Jajaran Akademik Pascasarjana UHN Sugriwa Denpasar melalui Program Doktor Ilmu Agama (S3) melaksanakan Ujian Seminar Hasil Mahasiswa atas nama I Wayan Darna NIM: 1613511021

Bertempat di Ruang Ujian Program Doktor Ilmu Agama Gedung Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa Jln Kenyeri No. 57 Denpasar tanggal 14/09/2022.
Judul yang diangkat yakni “Sinergitas Pola ASuh Orang Tua dan Sekolah dalam Pendidikan Karakter Siswa di SMAN 3 Denpasar” dijelaskan bahwa keduanya harus memiliki porsi yang seimbang untuk membentuk karakter anak usia sekolah pada SMAN 3 Denpasar dan dipaparkan dihadapan Dosen Penguji, diantaranya :

Prof.Dr. I Nyoman Dantes
Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si
Prof.Dr. I Nyoman Dantes
Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si
Prof. Dr. I Made Surada, MA
Dr. I Gede Sedana Suci, SE, M.AgDr. I Gede Sedana Suci, SE, M.Ag Dr. Dra. Ni Nengah Selasih, M.Pd Dr. Drs. I Made Wiguna Yasa, M.Pd
Dr. Made Sri Putri Purnamawati, S.Ag, MA.,M.Erg

Mahasiswa berhasil menjawab dengan lancar menjawab pertanyaan dari masing-masing Penguji Setelahnya mendapat masukan dan arahan pun mengakhiri ujian secara luring dengan menerapkan prokes yang ketat.
Dewan penguji memberikan arahan dan masukan serta mengingatkan agar segera lanjut menuju tahap selanjutnya sesuai dengan kaedah dan aturan yang telah ditetapkan.

pada kesempatan ini Kaprodi Ilmu Agama Dr. I Nyoman Subagia, S.Ag.,M.Ag menyampaikan bangga sekaligus terharu melihat Mahasiswa sangat bersemangat untuk segera menuntaskan masa studinya.

kami selalu memotivasi karyasiswa untuk segera menyelesaikan masa study tepat waktu dan segera bisa meraih gelar Doktor secepatnya, lebih cepat lebih baik, tepat waktu sangat baik.-imbuhnya (nia)

 

KENALKAN LINGKUNGAN KAMPUS DAN SISTEM PERKULIAHAN SEJAK DINI, PASCASARJANA UHN SUGRIWA GELAR ORIENTASI MAHASISWA BARU DAN UPANAYANA

DENPASAR, UHN SUGRIWA-Guna memfasilitasi peserta dalam mengetahui sistem pelaksanaan perkuliahan , memperdalam materi mata kuliah yang akan ditempuh, pengenalan SOP perkuliahan, serta pemanfaatan kebebasan mimbar akademik sehingga nantinya dapat mengukur capaian pembelajaran pada setiap jenjang perkuliahan Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar melaksanakan Kegiatan Orientasi Pengenalan Kampus dan Upanayana Mahasiswa Baru Selasa (20/9) di gedung Pascasarjana Jln Kenyeri no 57 Denpasar.

Ketua panitia Dr. Drs. I Wayan Wastawa.,MA melaporkan bahwa kegiatan diikuti oleh 192 Mahasiswa baru yang terdiri dari: Prodi Doktor Ilmu Agama S3 19 orang, Untuk S2 Prodi Magister Brahma Widya 24 orang, Prodi Magister Dharma Acarya 65 orang, Prodi Magister Bahasa Bali 12 orang, Prodi Magister Ilmu Komunikasi Hindu 60 orang, dan Prodi Magister Pariwisata budaya 12 orang.
Lanjut dilaporkan kegiatan ini berlangsung dari tanggal 20 s.d 22 september dengan menghadirkan 2 Narasumber eksternal ( dari Universitas Udayana) dan Narasumber internal UHN Sugriwa Denpasar.

Orientasi pengenalan kampus dibuka Rektor UHN IGB Sugriwa, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si; yang dalam sambutannya, sangat antusias dengan kegiatan Akademis kepada Mahasiswa baru agar setelahnya tidak mengalami kendala dalam menempuh studi di UHN IGB Sugriwa yang merupakan satu-satunya Universitas Hindu Negeri di Indonesia.

Sementara pada hari ketiga Direktur Pascasarjana Prof.Dr.Dra.Relin., D.E ., M.Ag berkenan menutup kegiatan ini seraya dalam sambutannya yang penuh dengan kekeluargaan menyampaikan agar Mahasiswa baru nantinya mampu mengikuti program dan aturan akademik, belajar secara total mari saling merangkul untuk menuju sarjana yang sujana.
Rangkaian terakhir kegiatan orientasi yaitu Upanayana pada hari minggu 25/9 di Kampus Pascasarjana UHN Sugriwa.
. (nia)

Galery Foto

Tim Ahli Bupati Gianyar Bidang Pariwisata Raih Gelar Doktor ke-119

DENPASAR, UHN SUGRIWA- Mangku Nyoman Kandia,resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Agama ke-119 setelah berhasil mempertahankan disertasinya pada sidang terbuka promosi Doktor di aula kampus Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar pada Kamis (15/9/2022).

Tim Ahli Bupati Gianyar bidang pariwisata tersebut berhasil menyelesaikan disertasinya yang berjudul “ Heritage Tourism Berbasis Teologi Hindu Di Candi Tebing Gunung Kawi Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar” .

Dalam disertasinya, Nyoman Kandia menjelaskan Heritage tourism atau wisata purbakala Bali merupakan tujuan wisata minat khusus, salah satunya Candi Tebing Gunung Kawi terletak di Desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Wisata Heritage biasanya dilakukan untuk melakukan research dalam dunia pendidikan atau sebagai tempat kegiatan spiritual dan bermeditasi mendapatkan keheningan bathin.

Berlangsung di Gedung Pascasarjana Jln.Kenyeri No. 57 Denpasar sebagai Promotor Prof. Dr. Drs. Ketut Sumadi, M. Par dan Dr. I Gede Sutarya, SST.Par, M. Ag sebagai Kopromotor Ujian menghadirkan tujuh orang dosen penguji yaitu: Prof. Dr. Dra. Relin D. E., M. Ag, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana., M. Si, Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija., M. Si, Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S. Ag., M. Par, Dr. Made Sri Putri Purnamawati, S. Ag, M. A, M. Erg , Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M. Ag dan Dr. Drs. I Made Girinata, M. Ag.

Dihadapan para penguji promovendus memaparkan subyek penelitiannya yang mengambil judul : Heritage Tourism Berbasis Teologi Hindu di Candi Tebing Gunung Kawi Desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar.

Dipaparkannya bahwa :Eksistensi Candi Tebing Gunung Kawi meliputi bentuk, fungsi dan makna berbasis teologi Hindu merupakan modal utama yakni tempat suci, keindahan alam dan keunikan arsitektur bangunan sebuah candi tebing. Bangunan candi yang diwarnai dengan perjuangan yang tidak mudah dan banyak tantangan yang akhirnya bisa dilestarikan hingga sekarang.

Dalam disertasinya, Promvendus menjelaskan Heritage tourism atau wisata purbakala Bali merupakan tujuan wisata minat khusus, salah satunya Candi Tebing Gunung Kawi terletak di Desa Tampaksiring Kabupaten Gianyar. Wisata Heritage biasanya dilakukan untuk melakukan research dalam dunia pendidikan atau sebagai tempat kegiatan spiritual dan bermeditasi mendapatkan keheningan bathin.

Dikatakan, penelitian ini salah satunya bertujuan ingin mengetahui eksistensi candi tebing Gunung Kawi sebagai heritage tourism di desa Tampaksiring Gianyar. Peneliti juga ingin mengetahui pengelolaan heritage tourism berbasis teologi Hindu di candi tebing Gunung Kawi serta mengetahui implikasi heritage tourism berbasis teologi Hindu di desa Tampaksiring terhadap perkembangan umat Hindu.

Promovendus yang merupakan putra Gianyar kelahiran 1966 berhasil meraih Predikat Sangat Memuaskan dan merupakan Doktor yang ke -119.
Dipenghujung acara Direktur Pascasarjana beserta jajaran menyampaikan selamat kepada Doktor atas keberhasilan yang telah diraih disertakan harapan agar penelitian ini bisa dikembangkan sesuai harapan dan kaedah yang berlaku.
(nia)

Pascasarjana dan EG Learning Centre (Egle) Teken Perjanjian Kerjasama

DENPASAR- UHN SUGRIWA – Direktur Pascasarjana
UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Prof. Dr. Dra. Relin D. E., M.Ag dengan EG Learning Centre (EGLC), selaku penyedia atau pelaksana TOEFL dan IELTS menandatangani Perjanjian Kerjasama (PKS) di Gedung Pascasarjana Jln. Kenyeri No. 57 Denpasar Rabu (14/9).

Penandatanganan Perjanjian Kerjasama dilaksanakan dengan mengacu kepada Nota Kesepahaman
antara UHN I Gusti Bagus Sugriwa dengan EGLC pada bulan Agustus yang lalu dalam rangka persiapan pelaksanaan Tes Kemahiran Berbahasa Inggris yang diprogramkan oleh Pusat Bahasa UHN I Gusti Bagus Sugriwa.

Direktur Pascasarjana yang didampingi oleh seluruh Kaprodi dan Sekretaris beserta pejabat lainnya menyambut baik program ini, dirinya juga akan mensosialisasikan kepada civitas Akademika agar bisa meningkatkan pelayanan melalui kemampuan dalam Berbahasa Inggris terutama pada saat kedatangan tamu yang berasal dari Luar.
Dengan adanya perjanjian kerjasama ini diharapkan adanya sinergi untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.

Sementara Direktur EG Learning Centre I Kadek Suastika, S. S., Pg. Dip memaparkan bahwa dirinya akan berusaha memenuhi dan menyiapkan fasilitas dan keperluan lainnya kepada Civitas Akademika Pascasarjana sehingga tujuan yang diinginkan bisa tercapai paparnya (nia)

Gusti Ayu Agung Riesa Mahendradhani raih Gelar Doktor Ke-118

DENPASAR, UHN SUGRIWA – promovenda an. Gusti Ayu Agung Riesa Mahendradhani meraih gelar Doktor Ilmu Agama pada UHN Sugriwa usai Sidang Ujian Promosi Doktor oleh Badan Perwakilan Mahasiswa Pascasarjana Rabu (14/9) di Gedung Pascasarjana Jln.Kenyeri Denpasar.

Promovenda memaparkan subyek penelitiannya mengambil judul ” pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional, Iklim Sekolah, Sikap Profesional Guru terhadap Kinerja Guru Pendidikan Agama Hindu SMA Negeri di Kota Denpasar”.

Kesehariannya berprofesi sebagai tenaga pendidik, dirinya berhasil mempertahankan Penelitiannya di hadapan tujuh dewan penguji yaitu: Prof. Dr. Dra. Relin D. E, M. Ag, Dr. Dra. Ni Nengah Selasih, M. Pd, Dr. Drs. I Made Wigunayasa, M. Pd, Dr. Dra. Ni Nyoman Perni. M. Pd, Dr. Ni Komang Sutriyanti, S. Ag., M. Pd H, Prof. Dr. Drs.I Nengah Lestawi., M. Si dan Dr. Drs. Made Redana., M. Si serta sebagai Promotor Prof. Dr. Nyoman Dantes dan Prof. Dr. Drs. I Made Surada., MA sebagai Kopromotor.

Perempuan yang lahir di Kota Singaraja Tahun 1990 ini berhasil meraih gelar Doktor dengan Predikat Sangat Memuaskan dan merupakan Doktor ke-118

Direktur Pasca Sarjana UHN IGB Sugriwa Denpasar Prof. Dr. Dra. Relin, D. E, M.Ag bangga dengan lahirnya Doktor perempuan dibidang pendidikan yang diharapkan dapat membawa nuansa baru dalam pendidikan Agama Hindu di Kota Denpasar khususnya dan Bali umumnya.

Dikatakan, dengan adanya perubahan nuansa pendidikan Agama Hindu dapat menghasilkan Siswa dengan kualitas lebih unggul dari lainnya.

“ Intinya mengukur kualitas dari kepala sekolah, ada para guru yang mendidik muridnya berdasarkan agama hindu sehingga kita semua tahu dengan metode kuantitatif yang luar biasa sehingga kelemahan yang kita hadapi kelihatan dengan jelas,” ucapnya.

Prof. Relin menambahkan, dengan disertasi ini diharapkan para tenaga pendidik dan kepala sekolah di Bali bisa memahami dan mengerti cara meningkatkan mutu pendidikan para guru dan murid sehingga nantinya menghasilkan kualitas terhadap SDM Agama Hindu yang lebih baik.

Sementara Agung Riesa dalam disertasinya menjelaskan, Sikap profesional guru berpengaruh langsung yang positif secara signifikan terhadap kinerja Guru pendidikan Agama Hindu SMA Negeri di Kota Denpasar. Artinya, bahwa makin baik sikap professional guru maka diikuti oleh semakin tinggi pula kinerja guru. Dan sebaliknya, makin rendah sikap professional guru maka semakin rendah pula kinerja guru.

Dalam disertasinya juga disebutkan hubungan secara simultan mempunyai makna gabungan pengaruh dari kepemimpinan kepala sekolah, kecerdasan emosional guru, iklim sekolah dan sikap profesional guru terhadap kinerja guru Pendidikan Agama Hindu SMA Negeri di Kota Denpasar. Artinya, bahwa secara gabungan, keempat variabel bebas tersebut sangat efektif untuk meningkatkan kinerja guru pada kalangan guru-guru Pendidikan agama Hindu di kota Denpasar.

Mengakhiri prosesi Ujian Direktur Pascasarja dan Kaprodi serta jajaran mengucapkan selamat dan sukses kepada Promovenda atas raihan gelar Doktornya. Ditekankan pula agar seluruh arahan serta masukan dari dewan penguji dijadikan sebagai bahan untuk penyempurnaan dalam peningkatan kinerja para pendidik pada Agama Hindu di Kota Denpasar (nia)

Ujian Seminar Hasil a.n Wayan Jaya Putra Mengangkat Upacara Potong Gigi Perspektif Ilmu Kesehatan Masyarakat

DENPASAR,UHNSUGRIWA– Kembali Jajaran Akademik Pascasarjana UHN Sugriwa Denpasar melalui Program Doktor Ilmu Agama (S3) melaksanakan Ujian Seminar Hasil Karyasiswa atas nama Wayan Jaya Putra dengan  NIM: 1834161007

Bertempat di Ruang Ujian Program Doktor Ilmu Agama Gedung Pascasarjana UHN I Gusti Bagus Sugriwa Jln Kenyeri No. 57 Denpasar tanggal 12/9/2022.
Judul yang diangkat yakni “Upacara Potong Gigi di Kabupaten Klungkung Perspektif Ilmu Kesehatan MAsyarakat” dipaparkan bahwa Upacara Potong Gigi yang berada di Bali memiliki nuansa medis yang sangat berpengaruh yakni dapat dilihat dari segi ilmu kesehatan masyarakat dimana setiap ritual yang dilaksanakan mulai dari pemilihan bahan untuk upacara potong gigi memiliki kandungan yang  dapat dikaji dari segi ilm kesehatan , proposal disertasi dipaparkan dihadapan Dosen Penguji, diantaranya :

Prof.Dr.dr. I Nyoman Adi Putra,MOH,PFK, Dr. Drs. I Made Sugata, M.Ag., Prof.Dr.Drs. I Made Surada, MA, Prof.Dr.I Nyoman Sueca, S.Ag.,M.Pd, Prof. Dr. Drs. I Nengah Lestawi, M.Si, Prof.Dr. I Nyoman Yoga Segara, S.Ag.,M.Hum dan Prof.Dr. I Dewa Komang Tantra,M.Sc

Mahasiswa berhasil menjawab dengan lancar menjawab pertanyaan dari masing-masing Penguji dengan baik dan menyelesaikan ujian seminar hasil dengan banyak mendapat masukan dari dewan penguji.
Dewan penguji memberikan arahan dan masukan serta mengingatkan agar segera lanjut menuju tahap selanjutnya sesuai dengan kaedah dan aturan yang telah ditetapkan.

pada kesempatan ini Kaprodi Ilmu Agama Dr. I Nyoman Subagia, S.Ag.,M.Ag menyampaikan bangga sekaligus terharu melihat karyasiswa sangat bersemangat untuk segera menuntaskan masa studinya.

kami selalu memotivasi karyasiswa untuk segera menyelesaikan masa study tepat waktu dan segera bisa meraih gelar Doktor secepatnya, lebih cepat lebih baik, tepat waktu sangat baik.-imbuhnya

MUTIARA WEDA : Rahasia Cinta
Vyatisajati padārthānāntaram ko’pi, Heturna khalu bahirupādhin pritayahsamsrayante.
(Uttararamacharitam, 6.12)

Ada alasan tertentu di balik kebersamaan dua orang, bahkan cinta terbebas dari faktor eksternal

ORANG-ORANG bisa ketemu dengan siapa pun, bisa bersama dengan siapa pun, tetapi hubungan cinta di antara orang dengan yang lainnya adalah sesuatu yang berbeda. Faktor eksternal hanyalah instrumen, sementara hubungan yang sejati terbebas dari itu. Seperti misalnya, ada dua anak muda laki dan wanita sudah sejak lama berteman, selalu bersama ketika pergi ke sekolah, membuat tugas bahkan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

Ada suatu ketika yang laki di suatu tempat bertemu dengan wanita lain. Dia merasa sesuatu yang berbeda. Dadanya tiba-tiba berdesir merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan aneh yang masuk. Ada semacam ketertarikan yang tidak bisa dideskripsikan. Perhatiannya hanya ada pada wanita tersebut. Rasa itu belum pernah datang sebelumnya, tidak pula pada teman wanitanya itu sejak awal. Teman wanitanya tetap seperti teman biasa, tetapi wanita yang baru ditemuinya itu terasa berbeda.

Apa alasan di balik itu? Teks di atas menyebut bahwa cinta itu terbebas dari faktor eksternal. Apa maksudnya faktor eksternal? Seperti kekayaan, kecantikan, kegantengan, ras, kasta, dan yang sejenisnya. Cinta itu terbebas dari faktor eksternal, artinya semua yang disebutkan itu tidak ada hubungannya. Cinta bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja. Tapi, kan banyak orang mencintai lawan jenisnya oleh karena status, kekayaan, dan yang sejenisnya? Atau ada orang mengatakan ‘yang penting menyatu dulu, masalah cinta akan tumbuh bersama waktu’.

Memang benar banyak pula orang yang awalnya menjatuhkan pilihan cintanya oleh karena kekayaan atau status sosial, tetapi seiring waktu cinta yang sejati bisa tumbuh. Orang yang mencari pasangan, secara umum, telah membawa kriterianya. Orang yang berpendidikan biasanya penuh kriteria sehingga agak selektif. Mungkin tidak hanya kekayaan atau status yang menjadi kriteria, tetapi juga masalah kecocokan, apakah kecocokan dalam hal komunikasi, umur, jenis pekerjaan, dan yang lainnya.

Jika mencari pasangan penuh dengan kriteria, lalu bagaimana dengan pernyataan di atas? Boleh saja orang dengan berbagai kriteria, tetapi ketika cinta tidak masuk, setepat apapun kriteria tersebut ditemukan, mereka tidak akan bersama. Tetap, cinta adalah sesuatu yang misterius. Semua kriteria adalah sekadar alat agar cinta itu bisa direkatkan. Banyak yang menemukan orang lain sesuai kriterianya, tetapi ketika mereka mencoba jalan bersama, rasa yang mereka rasakan hambar, tidak melekat. Karena kriteria sesuai, mereka mencoba tetap berjalan, bahkan ada yang sampai ke jenjang pernikahan. Banyak dari mereka pada akhirnya berpisah. Masih mendingan mereka pisah sebelum hubungannya disahkan, tetapi tidak sedikit yang memaksakan untuk menikah, dan dalam beberapa tahun akhirnya juga pisah.

Sehingga dengan demikian, meskipun semua kriteria itu cocok, menemukan rasa di dalamnya juga sangat penting. Ada juga orang menemukan cintanya kepada dia yang di luar kriterianya. Seberapapun berbedanya, tetapi karena disatukan oleh cinta, perbedaan mereka bisa dijembatani, dan yang menjembatani semua perbedaan itu hanyalah cinta. Dan karena cinta itu sedemikian kuat, perbedaan itu tidak membuat banyak masalah, justru mereka bisa berbagi dengan berbagai kelemahan dan kekurangannya.

Memang tidak gampang menyatukan hal yang sangat berbeda, tetapi oleh karena cinta itu sangat kuat, perbedaan itu justru saling menguatkan. Mereka sama-sama siap dengan kekurangan masing-masing dan mau menutupi dengan kelebihannya. Memang yang ideal adalah antara kriteria dan cinta nyambung sehingga dalam segala hal bisa dimudahkan. Tetapi, jika harus memilih salah satu, sesuai dengan teks di atas, maka cinta harus menjadi pilihannya. Kriteria hanya alat bantu, sementara hal yang utama dalam sebuah hubungan adalah cinta. Cinta selamanya datang tiba-tiba meskipun kita memulainya secara bertahap. Kriteria yang dibuat hanyalah media, alat bantu agar cinta itu hadir. Apakah cinta pernah memudar? Cinta yang memudar bukanlah cinta, tetapi sekadar keinginan. Cinta itu semesta. Menemukan cinta sejati sesungguhnya awalan dari kontak dengan semesta. Ketika ini dicapai, maka inilah penyatuan sejati. Inilah yang hendak disampaikan mengapa cinta itu bebas dari faktor eksternal. *


 I Gede Suwantana (sumber : https://www.nusabali.com/)
MUTIARA WEDA: Pedagang Takut Pesaing

Tat-pratisthetyu-pāsita, pratisthāvān bhavati, tanmana ityupāsita mānavān bhavati, Tad-brahmanah parimara ityupāsita, paryenam mriyante, dvisantah sapatnāh, Pari ye’priyāh bhrātrvyāh (Taittiriya Upanisad, III-x-4)

Ilustrasi pedagang(freepik.com/pikisuperstar)

Biarkan dia bermeditasi pada-Nya sebagai pelindung, dia akan menjadi pelindung yang baik. Biarkan dia bermeditasi pada-Nya sebagai pikiran, dia akan menjadi pemikir yang baik. Biarkan dia bermeditasi pada-Nya sebagai aspek penghancur, semua musuh yang membenci dan rival yang tidak suka padanya, akan tewas di sekelilingnya.

Pernyataan ‘as you think so you become’ ternyata telah ditulis oleh para pendahulu kita ribuan tahun yang lalu. Orang yang tekun belajar matematika, dia akan menjadi matematikawan, dia yang tekun belajar menyanyi, dia akan menjadi penyanyi yang baik, dia yang selalu bergaul dengan pemabuk, dia juga akan menjadi pemabuk. Demikian seterusnya. Apapun yang digeluti dan dipikirkan orang setiap saat, dia akan menjadi seperti apa yang dia geluti dan pikirkan itu. Teks menyebut ini sebagai bhava, artinya pergumulan sehari-hari yang kita lakukan akan hidup dan menjadi karakter, temperamen, dan kelakuan kita. Apa yang menjadi fokus kita menurut teks adalah sebuah sadhana, sehingga ia tumbuh menjadi sebuah kekuatan.

Namun banyak orang menyangsikan pernyataan teks di atas. “Saya sudah bertahun-tahun berpikir agar kaya, lalu kenapa tetap miskin?” begitu bantahannya. Teks di atas dengan tegas menyatakan ‘as you think so you become’ adalah sadhana. Sadhana artinya upaya. Jika orang hanya ‘berpikir kaya’, tetapi tidak dijadikan sebagai sadhana, tidak ada upaya yang mengikutinya, maka ‘berpikir kaya’ itu tidak akan menjadi bhava, tidak hidup. Bagaimana mungkin orang setiap saat memikirkan tentang tajen, sementara dia tidak penah pergi ke tajen dan tidak pernah pula berhubungan dengan bebotoh, akan bisa menjadi bebotoh? ‘As you think’ artinya bukan sekadar angan-angan, tetapi bagaimana angan-angan itu memanfaatkan segenap upaya dan daya yang ada.

Kasus seperti ini kadang sulit dipahami, sebab sering orang tidak mau susah. Dia ingin hasil tetapi tidak mau bekerja.DiIa ingin hebat tetapi tidak mau belajar dan berusaha maksimal. Namun, kasus ini masih linier, masih mudah diketemukan benang merahnya. Yang susah adalah ketika kasus itu zig-zag atau tidak linier. Maksudnya begini: Jika orang ingin menjadi bebotoh sejati dan kemudian dia pergi setiap saat ke tajen, memelihara ayam aduan, selalu berdiskusi dengan para bebotoh lain, dan kemudian dia benar menjadi bebotoh sejati, maka ini adalah linier. Apa yang diinginkan lanjut dikerjakan, kemudian dia menjadi seperti yang diinginkannya, ini linier. Berbeda halnya jika ada orang yang ingin melestarikan sebuah patung sakral warisan nenek moyangnya, kemudian dia menghancurkan patung-patung lain yang dianggap mengganggu kesakralannya, inilah yang tidak linier.

Ketidaklinierannya terlihat pada pikirannya ingin melestarikan, tetapi sadhana atau upaya yang dilakukan untuk itu adalah dengan menghancurkan jenis lainnya. Teks di atas ketika menyebut ‘ia yang bermeditasi pada-Nya sebagai aspek penghancur, maka semua musuhnya akan binasa’ ini pun sangat linier. Sangat gampang dikenali, karena pikiran dan tindakannya satu jalur. Bagaimana jika pikiran dan tindakannya bertentangan? Pikirannya ingin melestarikan, tetapi tindakannya menghancurkan. Bagaimana itu? Mari kita analisa berdasarkan alur pikir teks di atas.

Pertama, yang menyebabkan bhava itu terjadi atau hidup menurut teks di atas adalah sadhananya. Artinya, tindakan itulah yang hidup, karena tindakan berdampak langsung. Kedua, tindakan menghancurkan tidak akan mungkin terjadi tanpa diawali oleh pemikiran, sebab tindakan hanyalah konsekuensi dari pemikiran. Sehingga dengan demikian, keinginan untuk melestarikan hanyalah dalih atas pikirannya yang memang memiliki niat menghancurkan. Ketiga, kalaupun dia memang benar memiliki keinginan untuk melestarikan, kemudian dia melakukan penghancuran, dan itu saja satu-satunya jalan yang dia ketahui, maka dipastikan orang ini tidak pernah belajar atau diselimuti oleh kebodohan atau kegelapan. Menyerang dan menghancurkan adalah bentuk kelemahan mental. Sama seperti pedagang takut bersaing, agar dagangannya tetap laku, upaya satu-satunya yang dia lakukan adalah melenyapkan semua pesaingnya. Dia tidak berupaya meningkatkan kualitas dagangannya. Akhirnya apa? Semua tewas di sekelilingnya.


 I Gede Suwantana (sumber : https://www.nusabali.com/)
MUTIARA WEDA: Yoga di Hari Nyepi

MUTIARA WEDA: “Yoga di Hari Nyepi”
“shauchasantoshatapahsvadhyayeshvarapranidhanani
niyamah”

Kesucian, kepenuhan, hidup sederhana, belajar tentang diri dan berserah kehadapan Tuhan adalah niyama

Secara esensi perayaan Nyepi dengan Catur Brata Penyepiannya sesungguhnya mengajak masyarakat untuk beryoga. Amati Karya, amati gni, amati lelungan, dan amati lelanguan, disamping memiliki arti tekstual juga mengandung makna meta-tekstual. Secara tekstual amati karya berarti menghentikan sementara segala bentuk pekerjaan, amati gni artinya tidak menyalakan api, amati lelungan berarti tidak bepergian, dan amati lelanguan berarti pantang menikmati segala jenis kenikmatan inderawi. Sementara meta-tekstual merupakan makna yang sebenarnya dari perayaan Nyepi, yakni, amati karya, artinya menyelaraskan diri dengan prinsip kerja semesta sehingga tampak tidak ada aktifitas bagi sang ego; amati gni berarti mengamati secara seksama segala bentuk yang mampu membakar yang muncul dari dalam diri seperti kemarahan, keserakahan dan yang sejenisnya; amati lelungan artinya tidak lagi menyia-nyiakan waktu dengan pergi kesana kemari tidak jelas, melainkan mesti fokus pada Sang Diri yang ada di dalam; dan amati lelanguan artinya tidak larut dan terjebak di dalam kenikmatan duniawi, melainkan fokus pada kebahagiaan sejati yang ada di dalam.

Makna meta-tekstual inilah Yoga, dan perayaan Nyepi merupakan sebuah momentum untuk mengingatkan kembali pada diri tentang seberapa besar intensitas kita melaksanakan semua itu. Perayaan Hari Raya Nyepi tidak ubahnya seperti jadwal evaluasi diri, memberikan nilai sampai tahap mana perkembangan diri kita selama ini, menilai berapa persen peningkatan yang terjadi dari perayaan sebelumnya. Jika makna ini diikuti, tentu Nyepi adalah Yoga itu sendiri atau menjadikan prinsip-prinsip Nyepi bisa dipraktikkan dalam keseharian. Lalu, ketika ada wacana pada saat Hari Raya Nyepi mesti melaksanakan Yoga, itu mengindikasikan bahwa masyarakat merayakan hari Raya Nyepi tidak sebagai momentum evaluasi diri, melainkan sebuah perayaan yang menghadirkan pesta-pesta. Artinya, masyarakat lebih memilih pesta ketimbang mengevaluasi dirinya. Justru ketika momentum evaluasi diri itu datang mereka melupakannya dan larut dalam pesta.

Jika ini yang terjadi, tentu sebagai konsekuensinya adalah hadirnya banyak sampah. Oleh karena sebuah pesta, tentu di dalamnya ada sebuah jamuan atau hidangan, dan setelah itu yang banyak tersisa adalah sampah. Demikian juga oleh karena tidak melakukan aktivitas di luar rumah, dan untuk mengisi waktu kosong di rumah, kita lalu menyibukkan diri di sosmed. Kita meng-upload berbagai foto dan tulisan yang sebenarnya tidak terlalu urgent untuk diketahui khalayak. Terkadang, oleh karena terlalu banyaknya beraktifitas di sosmed, orang kemudian menilai bahwa apa yang diunggah di sosmed itu tidak berbeda dengan sampah, dan mereka mulai terganggu. Perilaku kita kemudian menghasilkan banyak sampah, tidak hanya sampah dunia nyata, tetapi juga sampah dunia maya. Perayaan Nyepi kemudian dijadikan arena untuk menghasilkan sampah-sampah tersebut.

Pada hakikatnya baik sampah nyata maupun sampah dunia maya sesungguhnya bersumber dari satu, yakni sampah pikiran. Orang yang pikirannya penuh sampah akan susah diajak hidup bersih. Orang yang tidak bisa hidup bersih tidak akan mungkin melakukan yoga, sebab salah satu kriteria dari orang yang tekun di dalam Yoga adalah saucam, yakni kebersihan baik fisik maupun mental. Maka dari itu, benang kusut yang hampir tidak pernah selesai mengenai permasalahan sampah terjadi oleh karena solusi yang ditawarkan tidak langsung ke akar. Jika ada sampah, orang diajak membersihkannya saja, tetapi masyarakat tidak pernah diajak menyadari betapa hidup bersih itu penting. Hasilnya, lingkungan bisa bersih hanya sementara, sebab segera setelah itu masyarakat akan kembali mengotorinya.

Apalagi sampah dihasilkan pada saat rangkaian Hari Raya Nyepi yang notabene bersumber dari bekas upakara. Masyarakat semestinya pada momen ini benar-benar diajak beryoga sehingga kesadarannya meluas. Semakin luas kesadaran seseorang, semakin sensitive kehidupannya. Orang yang sensitive akan selalu mengutamakan kebersihan, sebab, buah dari kesadaran adalah kehidupan yang murni/ bersih lahir dan bhatin. Mengapa yoga? Sebab yoga adalah salah satu teknik yang langsung bekerjanya pada ranah mental dan tentunya berpengaruh langsung pada kesadaran.

Masalahnya, bagaimana caranya meyogakan masyarakat pada Hari Raya Nyepi?

Ini permasalahan yang tidak gampang. Rasanya mustahil mengajak orang untuk melaksanakan Yoga jika mereka yang sama sekali tidak pernah mengenal Yoga. Tidak mungkin rasanya secara tiba-tiba mengajak orang yang tidak pernah berpikir tentang ketenangan pikiran lalu diajak menenangkan pikirannya dengan cara meditasi atau teknik yoga lainnya. Oleh karena itu, gerakan hidup bersih mesti harus terus-menerus digaungkan dan bersamaan dengan itu Yoga harus dikenalkan kepada masyarakat secara luas. Dari kedua metode ini tentu diharapkan nantinya bisa bertemu di tengah-tengah, sebab menumbuhkan kesadaran itu muncul dari dalam dan membiasakan hidup bersih itu muncul dari luar. Dengan ini, orang kemudian sadar hidup bersih, bukan dipaksa hidup bersih.

Saat ini pemerintah dan beberapa masyarakat yang sadar telah berupaya untuk menemukan solusi yang jitu bagaimana caranya mengatasi sampah upakara yang terus-menerus disorot belakangan ini. Beberapa solusi telah diberikan dengan cara seperti menyediakan tong sampah di areal Pura, ngayah mabersih, dan yang lainnya. Hal itu tentu berdampak positif tampak saat semakin banyaknya orang mulai bisa diketuk hatinya untuk melakukan hal yang sama. Hanya saja, solusi tersebut baru menyasar pada sampahnya. Sebagaimana yang telah disampaikan di atas, kesadaran masyarakat sangat penting untuk dibangun. Mengajak masyarakat untuk melihat kebiasaannya tersebut sangat urgent dan kemudian mengubahnya ke arah yang lain. Yoga tentu mampu memberikan banyak andil untuk ini.

I Gede Suwantana (sumber : https://www.nusabali.com/)
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta